[Wawancara] CEO Bukalapak: Dikunjungi 50 juta Orang per Hari
Pertumbuhan bisnis e-commerce, khususnya online marketplace, di Indonesia terus menggeliat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya pelaku bisnis dan pengguna yang berbelanja. Bukalapak.com merupakan salah satu online marketplace terbesar karya anak bangsa yang patut diperhitungkan.
Dalam kurun waktu singkat, Bukalapak bertumbuh pesat dan menarik banyak investasi. Setiap hari Bukalapak mampu menarik jutaan pengunjung dengan nilai transaksi mencapai miliaran rupiah. Untuk mengetahui bagaimana Bukalapak dapat menjadi online marketplace terbesar di Indonesia, berikut petikan wawancara jurnalis Majalah MARKETING, Moh. Agus Mahribi dengan Achmad Zaky, sang penggagas Bukalapak.com.
Bagaimana Anda melihat perkembangan e-commerce di Indonesia?
Pertumbuhan bisnis e-commerce di Indonesia melesat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2013 lalu, nilai pasarnya sudah mencapai US$8 miliar (Rp94,5 triliun) dan diprediksi akan terus tumbuh setiap tahunnya. Ini membuat pasar e-commerce menjadi menarik bagi pelaku bisnis online maupun investor.
Secara umum, e-commerce yang berkembang di Indonesia terbagi menjadi lima, meliputi classified (daftar iklan baris), marketplace, shopping mall, online shopping B2C, dan social media shop. Marketplace sendiri satu per satu mulai menarik perhatian dan mendapatkan bantuan dana dari investor-investor asing.
Mengapa memilih kembangkan marketplace?
Awal terjun ke bisnis e-commerce pada tahun 2010, pertimbangan memilih marketplace karena biayanya rendah dibandingkan model e-commerce lainnya yang berkembang di Indonesia. Modalnya bisa dikatakan sangat minim. Biaya yang digelontorkan untuk membuat website hanya beli domain sebesar Rp100.000 dan biaya web hosting sebesar Rp500.000 per bulan, bahkan di awal menggunakan hosting yang Rp200.000-an.
Selain biaya murah, tujuan kami mengembangkan marketplace ingin menumbuhkan sektor UKM dan memberdayakan toko-toko lokal untuk menjual produk mereka secara nasional, serta memfasilitasi berbagai macam jenis usaha ritel Indonesia kepada para konsumen dari Sabang sampai Merauke.
“Kami meyakini pertumbuhan bisnis yang sehat terwujud lewat cerita, bukan dari iklan. Kami tidak terlalu menargetkan iklan untuk mendongkrak penjualan secara cepat, tetapi hanya sebagai investasi jangka panjang.”
Saat ini bagaimana perkembangan bisnis Bukalapak?
Bukalapak mengalami pertumbuhan konsisten sebesar 8 kali lipat setiap tahunnya, sekaligus menempati salah satu e-commerce yang berkembang pesat di Asia Tenggara. Lebih dari 400 ribu pelapak telah bergabung di Bukalapak dan jumlahnya akan terus bertambah. Setiap hari ada penambahan sekitar 3 ribu pelapak baru, dan diperkiran sampai akhir tahun bisa menembus angka di atas 500 ribu pelapak.
Berdasarkan ComScore (unique visitors), Bukalapak telah tumbuh menjadi online marketplace terbesar di seluruh Indonesia. Rata-rata jumlah pengunjung yang masuk sekitar 1 juta─2 juta per hari. Dari jumlah tersebut sekitar 3% melakukan transaksi.
Pencapaian fenomenal ini adalah hasil dari pemahaman dan pendekatan lokal yang dilakukan; membangun kepercayaan melalui transaksi pembayaran transfer bank yang terpercaya dan cepat, serta membangun komunitas pemasaran terkuat di Indonesia.
Dari sisi SDM, bagaimana perkembangannya?
Sesuai dengan visi perusahaan untuk menjadi marketplace terbesar, teraman, dan ternyaman di Indonesia, kami terus membenahi kualitas dan menambah kuantitas SDM. Bila awal merintis hanya saya berdua dengan teman kuliah, Nugroho Herucahyono, saat ini jumlah karyawan Bukalapak sudah mencapai 150 karyawan, dan ditargetkan dalam tiga tahun mendatang sudah mencapai 1.000 karyawan.
Dalam menjaga loyalitas karyawan, kami membangun budaya kerja tidak seperti perusahaan pada umumnya, tetapi lebih pada budaya start-up dengan positioning, muda, terbuka, dan batasan level yang berjenjang. Bukalapak diposisikan semacam kampus dan tempat kumpul anak muda Indonesia yang peduli pada kemajuan UMKM yang berbasis pada IT.
Bagaimana membangun kepercayaan pelanggan?
Sebagai perusahaan e-commerce tentu faktor kepercayaan pelanggan menjadi kunci penting. Jadi, kami berupaya untuk selalu memberikan layanan yang memuaskan bagi mereka. Selama bisa membuat konsumen bahagia, mereka akan terus-menerus belanja di sini dan bercerita kepada orang lain.
Setiap pelapak di Bukalapak memiliki track record dan reputasi yang dinilai oleh pembeli sebagai feedback. Alhasil, konsumen lain bisa mendapatkan referensi dan informasi jelas tentang pelapak.
Kami meyakini pertumbuhan bisnis yang sehat terwujud lewat cerita, bukan dari iklan. Kami tidak terlalu menargetkan iklan untuk mendongkrak penjualan secara cepat, tetapi hanya sebagai investasi jangka panjang.
Dalam menjaga loyalitas pelanggan, kami terus mengembangkan platform Bukalapak, terutama dalam menyederhanakan user experience dalam transaksi online dan penyempurnaan sistem pembayaran.
Seberapa penting peran marketing bagi pengembangan bisnis?
Marketing memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis Bukalapak. Saking pentingnya keberadaan marketing, Bukalapak membentuk tiga divisi, yakni digital marketing, sales, dan marketing communication. Fokus mereka sama, bagaimana mengajak pelapak untuk bergabung, maupun menarik pengunjung untuk bertransaksi di Bukalapak.
Meski berkutat pada bidang IT, kami lebih banyak mengalokasikan investasi di divisi marketing. Bujetnya bisa 3 kali lipat dari divisi IT sendiri. Apalagi dalam lima tahun ke depan, Bukalapak masih berada pada era akuisisi konsumen. Nantinya bila sudah masuk tahap mapan, biaya marketing akan turun dengan sendirinya karena hanya memerlukan biaya pemeliharaan loyalitas pelanggan saja.
Tantangan bisnis e-commerce seperti apa? Lalu, bagaimana Anda menyiasatinya?
Berkembang pesatnya e-commerce di Indonesia membuat peluang dan tantangan di bisnis ini semakin besar. Sebab itu, kami terus mencari sumber-sumber pertumbuhan yang bisa membawa Bukalapak ke jenjang selanjutnya. Tantangan terberatnya, pengguna internet di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan e-commerce.
Mereka cenderung menggunakan internet untuk berinteraksi dan bermain game. Ini dapat dilihat dari Android Playstore yang menempatkan aplikasi media sosial dan game di posisi teratas. Boleh dibilang e-commerce masih di kategori kelas tiga, setelah portal. Penyebabnya masyarakat Indonesia masih memerlukan aplikasi yang menghibur dan menyenangkan.
Saat ini yang memanfaatkan e-commerce masih sedikit. Dari sekitar 100 juta pengguna internet di Indonesia, segmen e-commerce hanya sekitar 5 juta. Sisanya masih didominasi segmen entertainment. Untuk menyiasatinya, Bukalapak harus memosisikan diri sebagai marketplace yang menarik dan menghibur masyarakat, dengan menyediakan produk-produk berkualitas yang menarik dan terjangkau. Strateginya Bukalapak sangat fokus di UKM, khususnya pedagang-pedagang kecil yang dinilai memiliki keunikan-keunikan tersendiri, baik dari sisi variasi produk dan layanannya.
Target pengembangan ke depan seperti apa?
Belajar dari Facebook yang bisa dikunjungi sekitar 50 juta pengguna setiap hari, Bukalapak menyimpan obsesi besar untuk bisa dikunjungi sekitar 50 juta orang setiap harinya. Sesuai dengan mimpi dan semangat kami, tiap hari bertumbuh, berkembang, dan terus bertumbuh.
Untuk mencapai target tersebut, kami terus mengedukasi dan mengubah perilaku konsumen. Bila kini konsumen belanja online karena “butuh saja”, ke depannya e-commerce harus menjadi destinasi utama ketika konsumen ingin berbelanja. Langkah konkretnya, kami terus merekrut orang-orang kreatif untuk membuat Bukalapak menjadi marketplace yang memberi solusi kebutuhan konsumen. (Moh. Agus Mahribi/Majalah Marketing)